1.INTERNET
Sejarah intenet merupakan proyek jaringan komputer yang dibentuk oleh Departemen pertahanan Amerika Serikat pada tahun 1969,melalui proyek yang disebut ARPANET.Pada awalnya tujuan proyek ini adalah untuk menghindari tejadinya informasi terpusat , yang apabila terjadi perang akan mudah dihancurkan.Internet saat ini sangat banyak fungsinya dan sangat membantu pekerjaan manusia diantaranya dalam bidang bisnis,akademis,pemerintahan,organisasi,dan lain sebagainya.
2.BROWSING
Browsing berasal dari kata browse yang artinya melihat-lihat atau membaca-baca,maka brosinng dapat diartikan:melihat,membaca,atau lain sebagainya
Langkah-langkah menjalankan browsing
1.klik tombol start lalu klik all program dalam mozila firefox
2.Kemudian akan terlihat tampilan window seperti alamat,website,dan addres bar
3.Ketik alamat web yang akan dicari.
3.EMAIL
Electronic Mail atau yang biasa disebut email adalah surat elektronik dan merupakan salah satu aplikasi yang sering digunakan di Internet,karena salah satu komunikasi yang cepat dan murah.
Bagian-bagian Email
a.Header,merupakan pesan email yang digunakan oleh program email dan terdiri dari beberapa fields
b.Body,merupakan bagian email yang berisi pesan-pesan pengirim
c.Signature,merupakn tanda tangan yang dapat berupa gambar dari simbol karakter ASCII,nama dan alamat serrta nomor telepon atau fax pengirim email.
Rabu, 08 Oktober 2014
Kemajuan dan Perkembangan teknologi
Ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) di indonesia berkembang dari
tahun ke tahun sejak indonesia masih dalam penjajahan Belanda.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia pada masa
penjajahan dipelopori dan diperkenalkan oleh pemerintah kolonial
Belanda. Pada waktu itu masyarakat diperkenalkan pada persenjataan
modern baik yang ringan maupun yang berat. Teknologi lain yang
diperlihatkan dan digunakan oleh Belanda berupa kendaraan tempur dan
alat-alat transportasi lainnya. Teknologi-teknologi tersebut berasal
dari negara-negara di Eropa. Kemudian pemerintah kolonial Belanda
menanamkan ilmu pengetahuan dan teknologi melalui pendidikan di
sekolah-sekolah maupun dengan cara penggunaan secara langsung kepada
masyarakat di indonesia.
Perkembangan ilmu pengetahuan teknologi dari barat di Indonesia
membawa dampak bagi kemajuan negara Indonesia. Masyarakat Indonesia
mulai melakukan pergerkan untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Di
samping itu penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi di indonesia juga
membawa dampak bagi semangat juang bangsa Indonesia. Mereka
memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi modern untuk mencari
informasi-informasi terkini mengenai keadaan dunia. Oleh karena itu
masyarakat Indonesia benar-benar terbantu dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Pada masa kolonial perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi belum begitu maksimal. Pemerintah koloniallah yang menjadi
penyebab perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di indonesia.
Pemerintah kolonial menghalangi akses-akses masuknya ilmu pengetahuan
dan teknologi dari barat ke Indonesia. Mereka juga melakukan pelarangan
terhadap pendidikan bagi masyarakat Indonesia untuk mempelajari ilmu
pengetahuan dan teknologi. Akibatnya indonesia tertinggal jauh dengan
negara-negara di sekitarnya. Secara keseluruhan penyebab lain dari
ketertinggalan Indonesia dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi
adalah sebagai berikut :
a. Terbatasnya jumlah orang Indonesia yang mendapat pendidikan terutama pendidikan tinggi
b. Masyarakat Indonesia jarang terlibat langsung dalam pengembangan iptek
c. Pemerintah Belanda dan perusahaan-perusahaan yang berada di indonesia untuk melakukan alih teknologi.
d. Minimnya industrialisasi.
e. Kurangnya inovasi teknologi yang berarti di dalam masyarakat indonesia sendiri.
Setelah merdeka, perkembangan ilmu pengatahuan dan teknologi
berkembang pesat di Indonesia. Hal ini didorong dengan terbukanya
akses-akses untuk mendapatkan ilmu pengetahuan dan teknologi bagi
masyarakat di Indonesia. Kemerdekaan menciptakan keadilan dalam
mengakses ilmu pengetahuan dan teknologi bagi masyarakat di Indonesia.
Mereka mempelajari sedikit demi sedikit di sekolah-sekolah yang sudah
dibuka untuk semua kalangan masyarakat Indonesia. Dengan bekal
pengetahuan ini kemudian masyarakat Indonesia melakukan berbagai inovasi
dan eksperimen ilmu pengetahuan dan teknologi untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan di Indonesia.
Pembangunan bidang iptek pada PJPT II merupakan kesinambungan
perluasan dari PJPT I. Menurut GBHN 1993 sasaran pembangunan ekonomi
PJPT II adalah sebagai berikut:
- Tercapainya kemampuan nasional dalam pemanfaatan, pengembangan, dan penguasaan iptek yang dibutuhkan bagi peningkatan kesejahteraan, kemajuan, peradaban, ketangguhan, dan daya saing bangsa.
- Terpacunya pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan menuju masyarakat yang berkualitas, maju, mandiri, dan sejahtera yang dilandasi nilai-nilai spiritual, moral dan etik berdasarkan nilai luhur bangsa serta nilai keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Untuk mencapai sasaran tersebut, maka arah pembangunan iptek adalah sebagai berikut:
- Pemanfaatan pengembangan dan penguasaannya dapat mempercepat proses pembaharuan.
- Meningkatkan produktivitas dan efisiensi.
- Memperluas lapangan kerja.
- Meningkatkan kualitas harkat dan martabat bangsa serta meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Sedangkan kebijaksanaan iptek dalam Pelita VI pada PJPT II ada 5 sektor sebagai berikut.
1. Teknik Produksi : Yaitu keseluruhan unsur yang turut berperan dalam kegiatan manusia yang menghasilkan barang dan jasa.
2. Sektor Teknologi : Yaitu kemampuan teknologi dan rekayasa
yang mendasari kemampuan bangsa Indonesia dalam melakukan inovasi.
3. Sektor Ilmu Pengetahuan Terapan : Yaitu Ilmu pengetahun yang dapat dimanfaatkan dalam berbagai aspek kehidupan manusia.
4. Sektor Ilmu Pengetahuan Dasar : Yaitu ilmu pengetahuan yang
menjadi landasan bagi pengembangan Ilmu Pengetahuan Alam, Sosial,
Humaniora, dan mendukung mutu SDM.
5. Sektor Kelembagaan Iptek L: Yaitu iptek yang diarahkan
untuk meningkatkan SDM agar lebih produktif, kreatif, dan inovatif.
Sejarah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia
setelah merdeka terbagi menjadi dua dekade. Pada dekade pertama, yaitu
tahun 1945-1960, bangsa indonesia mulai mengerti arti teknologi
produksi, walaupun masih dalam tingkat pasif dan penuh ketergantunga
pada pihak luar negeri. Hasil dari pengenalan ilmu pengenalan teknologi
untuk pertama kali yaitu pembangunan pabrik semen di Gresik, pabrik
kertas di blabak (Magelang),pabrik gelas, dan kosmetik di Surabaya di
pertengahan dekade 1950an. Pada dekade ke-2 yaitu pada tahun 1976 dengan
mendirikan pabrik pesawat terbang di Bandung yang di beri nama industri
pesawat terbang NUR TANIO (IPTN) yang menggunakan teknologi yang lebih
canggih lagi. Teknologi dari pabrik pesawat terbang ini mengacuh pada
teknologi di Jerman.
Ilmu pengetahuan dan teknologi di satu sisi bermanfaat bagi manusia
dan makhluk hidup lainnya, di sisi lain menimbulkan dampak negatif.
Kemajuan dan Manfaat IPTEK
1. Limbah ternak untuk pupuk (kompos).
2. Sampah dimanfaatkan menjadi gas bio yang berguna untuk keperluan memasak, penerangan, dan tenaga gerak.
3. Dengan detoksifikasi surya yaitu sistim pengolahan air yang
terkontaminasi dengan memanfaatkan panas matahari/ultraviolet sehingga
menghasilkan air yang bersih.
4. Dalam bidang komunikasi (radio,TV, telephone, handphone,
internet) sehingga penggunaan waktu lebih efisien dan cepat mendapatkan
informasi.(SUMBER)
IESP
Ilmu ekonomi studi pembangunan menurut
saya memiliki banyak keunggulan di antaranya dalam ilmu ekonomi tersebut
mempelajari banyak hal seperti Ekonomi Makro dan Ekonomi Mikro,
kemudian di dalamnya juga mempelajari tentang dasar Akuntansi dan dapat
juga di ajarkan tentang cara Managemen. Di Mata kuliah ekonomi
pembangunan pun juga banyak sekali yang di pelajari dari sejarah ilmu
sosial cara menjadi seorang wirausahawan ataupun sebagai pelaku bisnis dll.
jika ingin mencari pengalaman dalam berorganisasi IESP juga mempunyai yaitu " Himpunan mahasiswa Jurusan " itu dapat melatih seberapa bisa kita membagi waktuj dalam mengikuti organisasi atau biasanya disebut memanagemen waktu dengan baik.
Terlepas dari semua itu jurusan IESP Universitas Muhammadiyah Malang memiliki beberapa visi dan misi serta kompetensi lulusan dan sasaran yaitu sebagai berikut :
jika ingin mencari pengalaman dalam berorganisasi IESP juga mempunyai yaitu " Himpunan mahasiswa Jurusan " itu dapat melatih seberapa bisa kita membagi waktuj dalam mengikuti organisasi atau biasanya disebut memanagemen waktu dengan baik.
Terlepas dari semua itu jurusan IESP Universitas Muhammadiyah Malang memiliki beberapa visi dan misi serta kompetensi lulusan dan sasaran yaitu sebagai berikut :
- Visi
Menjadi jurusan terkemuka pada tahun 2020 dalam pengembangan ilmu ekonomi pembangunan berbasis jiwa wirausaha dan nilai-nilai Islam. - Misi
- Menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran berkualitas guna menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi di bidang ilmu ekonomi pembangunan didukung oleh jiwa wirausaha dan nilai-nilai Islam.
- Menyelenggarakan penelitian ilmu ekonomi di bidang industri, keuangan perbankan dan perencanaan pembangunan, baik penelitian dasar maupun terapan.
- Menyelenggarakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat di bidang industri, keuangan perbankan dan perencanaan pembangunan yang berorientasi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat.
- Menyelenggarakan kerjasama dengan berbagai pihak untuk membangun jaringan kelembagaan yang berwawasan keilmuan dan keahlian dalam lingkup regional, nasional maupun internasional.
Tentang Universitas Muhammadiyah Malang
Universitas
Muhammadiyah Malang (UMM) berdiri pada tahun 1964, atas prakarsa tokoh-tokoh
dan Pimpinan Muhammadiyah Daerah Malang. Pada awal berdirinya Universitas
Muhammadiyah Malang merupakan cabang dari Universitas Muhammadiyah Jakarta,
yang didirikan oleh Yayasan Perguruan Tinggi Muhammadiyah Jakarta dengan Akte
Notaris R. Sihojo Wongsowidjojo di Jakarta No. 71 tang-gal 19 Juni 1963.
Pada
waktu itu, Universitas Muhammadiyah Malang mempunyai 3 (tiga) fakultas, yaitu
(1) Fakultas Ekonomi, (2) Fakultas
Hukum,
dan (3) Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Jurusan Pendidikan Agama.
Ketiga fakultas ini mendapat status Terdaftar dari Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan,Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi pada tahun 1966 dengan Surat
Keputusan Nomor 68/B-Swt/p/1966 tertanggal 30 Desember 1966.
Pada
tanggal 1 Juli 1968 Universitas Muhammadiyah Malang resmi menjadi universitas
yang berdiri sendiri (terpisah dari Universitas Muhammadiyah Jakarta), yang
penyelenggaraannya berada di tangan Yayasan Perguruan Tinggi Muhammadiyah
Malang, dengan Akte Notaris R. Sudiono, No. 2 tertanggal 1 Juli 1968. Pada
perkembangan berikutnya akte ini kemudian diperbaharui dengan Akte Notaris G.
Kamarudzaman No. 7 Tanggal 6 Juni 1975, dan diperbaharui lagi dengan Akte
Notaris Kumalasari, S.H. No. 026 tanggal 24 November 1988 dan didaftar pada
Pengadilan Malang Negeri No. 88/PP/YYS/ XI/ 1988 tanggal 28 November 1988.
Pada
tahun 1968, Universitas Muhammadiyah Malang menambah fakultas baru, yaitu Fakultas
Kesejahteraan Sosial yang merupakan fi‘lial dari Fakultas Kesejahteraan Sosial
Universitas Muhammadiyah Jakarta. Dengan demikian, pada saat itu Universitas
Muhammadiyah Malang telah memiliki empat fakultas. Selain itu, FKIP Jurusan
Pendidikan Agama mendaftarkan diri sebagai Fakultas Agama yang berada dalam
naungan Departemen Agama dengan nama Fakultas Tarbiyah.
Pada
tahun 1970 Fakultas Tarbiyah ini mendapatkan status yang sama dengan Perguruan
Tinggi Agama Islam Negeri (IAIN), dengan Surat Keputusan Menteri Agama Nomor 50
Tahun 1970. Pada tahun ini pula Fakultas Kesejahteraan Sosial mengubah namanya
menjadi Fakultas Ilmu Sosial dengan Jurusan Kesejahteraan Sosial. Kemudian pada
tahun 1975 Fakultas ini resmi berdiri sendiri (terpisah dari Universitas Muhammadiyah
Jakarta) dengan Surat Keputusan Terdaftar Nomor 022 A/1/1975 tanggal 16 April
1975.
Fakultas
yang kemudian ditambahkan adalah Fakultas Teknik, yaitu pada tahun
1977. Pada tahun 1980 dibuka pula Fakultas Pertanian, kemudian menyusul Fakultas
Peternakan.
Antara tahun 1983 sampai dengan 1993, ditambahkan jurusan-jurusan baru dan
ditingkatkan status jurusan-jurusan yang suudah ada. Yang terakhir, pada tahun
1993 Universitas Muhammadiyah Malang membuka ProgramPascasarjana Program
Studi Magister
Manajemen dan Magister
Sosiologi Pedesaan
.
Sampai
tahun akademik 1994/1995 ini, Universitas Muhammadiyah Malang telah memiliki 9
fakultas dan 25 jurusan/program studi tingkat strata Si, dua program studi
strata-S2, dan satu akademi /strata-D3 Keperawatan.
Pada
rentang tiga puluh tahun perjalanan UMM ini (1964- 1994), perkembangan yang
paling berarti dimulai pada tahun 1983-an. Sejak saat itu dan seterusnya UMM
mencatat perkembangan yang sangat mengesankan, balk dalam bidang peningkatan
status Jurusan, dalam pembenahan administrasi, penambahan sarana dan fasilitas
kampus, maupun penambahan dan peningkatan kualitas tenaga pengelolanya
(administrasi dan akademik). Tahun 2009, UMM menggabungkan Fakultas
Pertanian dan Fakultas Peternakan-Perikanan menjadiFakultas
Pertanian dan Peternakan agar sesuai dengan konsorsium
Ilmu-ilmu Pertanian.
Dalam
bidang sarana fisik dan fasilitas akademik, kini telah tersedia tiga buah
kampus: Kampus I di Jalan
Bandung No. 1, Kampus II di Jalan
Bendungan Sutami No. 188a, dan Kampus III (Kampus
Terpadu) di Jalan Raya Tlogo Mas. Dalam bidang peningkatan kuantitas dan
kualitas tenaga akademik, telah dilakukan (1) rekruitmen dosen-dosen muda yang
berasal dari berbagai perguruan tinggi terkemuka di pulau Jawa, (2) Peningkatan
kualitas para dosen dengan mengirim mereka untuk studi lanjut (S2 dan S3) di
dalam maupun di luar negeri.
Berkat
perjuangan yang tidak mengenal berhenti ini, maka kini Universitas Muhammadiyah
Malang sudah menjelma ke arah perguruan tinggi alternatif. Hal ini sudah diakui
pula oleh Koordinator Kopertis Wilayah VII yang
pada pidato resminya pada wisuda sarjana Universitas Muhammadiyah Malang
tanggal 11 Juli 1992, mengemukakan bahwa UMM tergolong perguruan tinggi yang
besar dan berprospek untuk menjadi perguruan tinggi masa depan.
Dengan
kondisi yang terus ditingkatkan, kini Universitas Muhammadiyah Malang dengan
bangga tetapi rendah hati siap menyongsong masa depan, untuk ikut serta dalam
tugas bersama "mencerdaskan kehidupan bangsa" dan "membangun
manusia Indonesia seutuhnya" dalam menuju menjadi bangsa Indonesia yang
bermartabat dan sejajar dengan bangsa-bangsa lain di dunia.(SUMBER)
Legenda Banyuwangi
Legenda Kota Banyuwangi
Pada zaman dahulu di kawasan ujung timur Propinsi Jawa Timur terdapat sebuah kerajaan besar yang diperintah oleh seorang Raja yang adil dan bijaksana. Raja tersebut mempunyai seorang putra yang gagah bernama Raden Banterang. Kegemaran Raden Banterang adalah berburu. “Pagi hari ini aku akan berburu ke hutan. Siapkan alat berburu,” kata Raden Banterang kepada para abdinya. Setelah peralatan berburu siap, Raden Banterang disertai beberapa pengiringnya berangkat ke hutan. Ketika Raden Banterang berjalan sendirian, ia melihat seekor kijang melintas di depannya. Ia segera mengejar kijang itu hingga masuk jauh ke hutan. Ia terpisah dengan para pengiringnya.
“Kemana seekor kijang tadi?”, kata Raden Banterang, ketika kehilangan jejak buruannya. “Akan ku cari terus sampai dapat,” tekadnya. Raden Banterang menerobos semak belukar dan pepohonan hutan. Namun, binatang buruan itu tidak ditemukan. Ia tiba di sebuah sungai yang sangat bening airnya. “Hem, segar nian air sungai ini,” Raden Banterang minum air sungai itu, sampai merasa hilang dahaganya. Setelah itu, ia meninggalkan sungai. Namun baru beberapa langkah berjalan, tiba-tiba dikejutkan kedatangan seorang gadis cantik jelita.
“Ha? Seorang gadis cantik jelita? Benarkah ia seorang manusia? Jangan-jangan setan penunggu hutan,” gumam Raden Banterang bertanya-tanya. Raden Banterang memberanikan diri mendekati gadis cantik itu. “Kau manusia atau penunggu hutan?” sapa Raden Banterang. “Saya manusia,” jawab gadis itu sambil tersenyum. Raden Banterang pun memperkenalkan dirinya. Gadis cantik itu menyambutnya. “Nama saya Surati berasal dari kerajaan Klungkung”. “Saya berada di tempat ini karena menyelamatkan diri dari serangan musuh. Ayah saya telah gugur dalam mempertahankan mahkota kerajaan,” Jelasnya. Mendengar ucapan gadis itu, Raden Banterang terkejut bukan kepalang. Melihat penderitaan puteri Raja Klungkung itu, Raden Banterang segera menolong dan mengajaknya pulang ke istana. Tak lama kemudian mereka menikah membangun keluarga bahagia.
Pada suatu hari, puteri Raja Klungkung berjalan-jalan sendirian ke luar istana. “Surati! Surati!”, panggil seorang laki-laki yang berpakaian compang-camping. Setelah mengamati wajah lelaki itu, ia baru sadar bahwa yang berada di depannya adalah kakak kandungnya bernama Rupaksa. Maksud kedatangan Rupaksa adalah untuk mengajak adiknya untuk membalas dendam, karena Raden Banterang telah membunuh ayahandanya. Surati menceritakan bahwa ia mau diperistri Raden Banterang karena telah berhutang budi. Dengan begitu, Surati tidak mau membantu ajakan kakak kandungnya. Rupaksa marah mendengar jawaban adiknya. Namun, ia sempat memberikan sebuah kenangan berupa ikat kepala kepada Surati. “Ikat kepala ini harus kau simpan di bawah tempat tidurmu,” pesan Rupaksa.
Pertemuan Surati dengan kakak kandungnya tidak diketahui oleh Raden Banterang, dikarenakan Raden Banterang sedang berburu di hutan. Tatkala Raden Banterang berada di tengah hutan, tiba-tiba pandangan matanya dikejutkan oleh kedatangan seorang lelaki berpakaian compang-camping. “Tuanku, Raden Banterang. Keselamatan Tuan terancam bahaya yang direncanakan oleh istri tuan sendiri,” kata lelaki itu. “Tuan bisa melihat buktinya, dengan melihat sebuah ikat kepala yang diletakkan di bawah tempat peraduannya. Ikat kepala itu milik lelaki yang dimintai tolong untuk membunuh Tuan,” jelasnya. Setelah mengucapkan kata-kata itu, lelaki berpakaian compang-camping itu hilang secara misterius. Terkejutlah Raden Banterang mendengar laporan lelaki misterius itu. Ia pun segera pulang ke istana. Setelah tiba di istana, Raden Banterang langsung menuju ke peraduan istrinya. Dicarinya ikat kepala yang telah diceritakan oleh lelaki berpakaian compang-camping yang telah menemui di hutan. “Ha! Benar kata lelaki itu! Ikat kepala ini sebagai bukti! Kau merencanakan mau membunuhku dengan minta tolong kepada pemilik ikat kepala ini!” tuduh Raden Banterang kepada istrinya. “ Begitukah balasanmu padaku?” tandas Raden Banterang.”Jangan asal tuduh. Adinda sama sekali tidak bermaksud membunuh Kakanda, apalagi minta tolong kepada seorang lelaki!” jawab Surati. Namun Raden Banterang tetap pada pendiriannya, bahwa istrinya yang pernah ditolong itu akan membahayakan hidupnya. Nah, sebelum nyawanya terancam, Raden Banterang lebih dahulu ingin mencelakakan istrinya.
Raden Banterang berniat menenggelamkan istrinya di sebuah sungai. Setelah tiba di sungai, Raden Banterang menceritakan tentang pertemuan dengan seorang lelaki compang-camping ketika berburu di hutan. Sang istri pun menceritakan tentang pertemuan dengan seorang lelaki berpakaian compang-camping seperti yang dijelaskan suaminya. “Lelaki itu adalah kakak kandung Adinda. Dialah yang memberi sebuah ikat kepala kepada Adinda,” Surati menjelaskan kembali, agar Raden Banterang luluh hatinya. Namun, Raden Banterang tetap percaya bahwa istrinya akan mencelakakan dirinya. “Kakanda suamiku! Bukalah hati dan perasaan Kakanda! Adinda rela mati demi keselamatan Kakanda. Tetapi berilah kesempatan kepada Adinda untuk menceritakan perihal pertemuan Adinda dengan kakak kandung Adinda bernama Rupaksa,” ucap Surati mengingatkan.
“Kakak Adindalah yang akan membunuh kakanda! Adinda diminati bantuan, tetapi Adinda tolak!”. Mendengar hal tersebut , hati Raden Banterang tidak cair bahkan menganggap istrinya berbohong.. “Kakanda ! Jika air sungai ini menjadi bening dan harum baunya, berarti Adinda tidak bersalah! Tetapi, jika tetap keruh dan bau busuk, berarti Adinda bersalah!” seru Surati. Raden Banterang menganggap ucapan istrinya itu mengada-ada. Maka, Raden Banterang segera menghunus keris yang terselip di pinggangnya. Bersamaan itu pula, Surati melompat ke tengah sungai lalu menghilang.
Tidak berapa lama, terjadi sebuah keajaiban. Bau nan harum merebak di sekitar sungai. Melihat kejadian itu, Raden Banterang berseru dengan suara gemetar. “Istriku tidak berdosa! Air kali ini harum baunya!” Betapa menyesalnya Raden Banterang. Ia meratapi kematian istrinya, dan menyesali kebodohannya. Namun sudah terlambat.
Sejak itu, sungai menjadi harum baunya. Dalam bahasa Jawa disebut Banyuwangi. Banyu artinya air dan wangi artinya harum. Nama Banyuwangi kemudian menjadi nama kota Banyuwangi.
Sejarah Perjuangan
Merujuk data sejarah yang ada, sepanjang sejarah Blambangan kiranya tanggal 18 Desember 1771 merupakan peristiwa sejarah yang paling tua yang patut diangkat sebagai hari jadi Banyuwangi. Sebelum peristiwa puncak perang Puputan Bayu tersebut sebenarnya ada peristiwa lain yang mendahuluinya, yang juga heroik-patriotik, yaitu peristiwa penyerangan para pejuang Blambangan di bawah pimpinan Pangeran Puger ( putra Wong Agung Wilis ) ke benteng VOC di Banyualit pada tahun 1768.
Namun sayang peristiwa tersebut tidak tercatat secara lengkap pertanggalannya, dan selain itu terkesan bahwa dalam penyerangan tersebut kita kalah total, sedang pihak musuh hampir tidak menderita kerugian apapun. Pada peristiwa ini Pangeran Puger gugur, sedang Wong Agung Wilis, setelah Lateng dihancurkan, terluka, tertangkap dan kemudian dibuang ke Pulau Banda ( Lekkerkerker, 1923 ).
Berdasarkan data sejarah nama Banyuwangi tidak dapat terlepas dengan keajayaan Blambangan. Sejak jaman Pangeran Tawang Alun (1655-1691) dan Pangeran Danuningrat (1736-1763), bahkan juga sampai ketika Blambangan berada di bawah perlindungan Bali (1763-1767), VOC belum pernah tertarik untuk memasuki dan mengelola Blambangan ( Ibid.1923 :1045 ).
Pada tahun 1743 Jawa Bagian Timur ( termasuk Blambangan ) diserahkan oleh Pakubuwono II kepada VOC, VOC merasa Blambangan memang sudah menjadi miliknya. Namun untuk sementara masih dibiarkan sebagai barang simpanan, yang baru akan dikelola sewaktu-waktu, kalau sudah diperlukan. Bahkan ketika Danuningrat memina bantuan VOC untuk melepaskan diri dari Bali, VOC masih belum tertarik untuk melihat ke Blambangan (Ibid 1923:1046).
Namun barulah setelah Inggris menjalin hubungan dagang dengan Blambangan dan mendirikan kantor dagangnya (komplek Inggrisan sekarang) pada tahun 1766 di bandar kecil Banyuwangi ( yang pada waktu itu juga disebut Tirtaganda, Tirtaarum atau Toyaarum), maka VOC langsung bergerak untuk segera merebut Banyuwangi dan mengamankan seluruh Blambangan. Secara umum dalam peprangan yang terjadi pada tahun 1767-1772 ( 5 tahun ) itu, VOC memang berusaha untuk merebut seluruh Blambangan. Namun secara khusus sebenarnya VOC terdorong untuk segera merebut Banyuwangi, yang pada waktu itu sudah mulai berkembang menjadi pusat perdagangan di Blambangan, yang telah dikuasai Inggris.
Dengan demikian jelas, bahwa lahirnya sebuah tempat yag kemudian menjadi terkenal dengan nama Banyuwangi, telah menjadi kasus-beli terjadinya peperangan dahsyat, perang Puputan Bayu. Kalau sekiranya Inggris tidak bercokol di Banyuwangi pada tahun 1766, mungkin VOC tidak akan buru-buru melakukan ekspansinya ke Blambangan pada tahun 1767. Dan karena itu mungkin perang Puputan Bayu tidak akan terjadi ( puncaknya ) pada tanggal Desember 1771. Dengan demikian pasti terdapat hubungan yang erat perang Puputan Bayu dengan lahirnya sebuah tempat18 yang bernama Banyuwangi. Dengan perkataan lain, perang Puputan Bayu merupakan bagian dari proses lahirnya Banyuwangi. Karena itu, penetapan tanggal 18 Desember 1771 sebagai hari jadi Banyuwangi sesungguhnya sangat rasional.(SUMBER)
Pada zaman dahulu di kawasan ujung timur Propinsi Jawa Timur terdapat sebuah kerajaan besar yang diperintah oleh seorang Raja yang adil dan bijaksana. Raja tersebut mempunyai seorang putra yang gagah bernama Raden Banterang. Kegemaran Raden Banterang adalah berburu. “Pagi hari ini aku akan berburu ke hutan. Siapkan alat berburu,” kata Raden Banterang kepada para abdinya. Setelah peralatan berburu siap, Raden Banterang disertai beberapa pengiringnya berangkat ke hutan. Ketika Raden Banterang berjalan sendirian, ia melihat seekor kijang melintas di depannya. Ia segera mengejar kijang itu hingga masuk jauh ke hutan. Ia terpisah dengan para pengiringnya.
“Kemana seekor kijang tadi?”, kata Raden Banterang, ketika kehilangan jejak buruannya. “Akan ku cari terus sampai dapat,” tekadnya. Raden Banterang menerobos semak belukar dan pepohonan hutan. Namun, binatang buruan itu tidak ditemukan. Ia tiba di sebuah sungai yang sangat bening airnya. “Hem, segar nian air sungai ini,” Raden Banterang minum air sungai itu, sampai merasa hilang dahaganya. Setelah itu, ia meninggalkan sungai. Namun baru beberapa langkah berjalan, tiba-tiba dikejutkan kedatangan seorang gadis cantik jelita.
“Ha? Seorang gadis cantik jelita? Benarkah ia seorang manusia? Jangan-jangan setan penunggu hutan,” gumam Raden Banterang bertanya-tanya. Raden Banterang memberanikan diri mendekati gadis cantik itu. “Kau manusia atau penunggu hutan?” sapa Raden Banterang. “Saya manusia,” jawab gadis itu sambil tersenyum. Raden Banterang pun memperkenalkan dirinya. Gadis cantik itu menyambutnya. “Nama saya Surati berasal dari kerajaan Klungkung”. “Saya berada di tempat ini karena menyelamatkan diri dari serangan musuh. Ayah saya telah gugur dalam mempertahankan mahkota kerajaan,” Jelasnya. Mendengar ucapan gadis itu, Raden Banterang terkejut bukan kepalang. Melihat penderitaan puteri Raja Klungkung itu, Raden Banterang segera menolong dan mengajaknya pulang ke istana. Tak lama kemudian mereka menikah membangun keluarga bahagia.
Pada suatu hari, puteri Raja Klungkung berjalan-jalan sendirian ke luar istana. “Surati! Surati!”, panggil seorang laki-laki yang berpakaian compang-camping. Setelah mengamati wajah lelaki itu, ia baru sadar bahwa yang berada di depannya adalah kakak kandungnya bernama Rupaksa. Maksud kedatangan Rupaksa adalah untuk mengajak adiknya untuk membalas dendam, karena Raden Banterang telah membunuh ayahandanya. Surati menceritakan bahwa ia mau diperistri Raden Banterang karena telah berhutang budi. Dengan begitu, Surati tidak mau membantu ajakan kakak kandungnya. Rupaksa marah mendengar jawaban adiknya. Namun, ia sempat memberikan sebuah kenangan berupa ikat kepala kepada Surati. “Ikat kepala ini harus kau simpan di bawah tempat tidurmu,” pesan Rupaksa.
Pertemuan Surati dengan kakak kandungnya tidak diketahui oleh Raden Banterang, dikarenakan Raden Banterang sedang berburu di hutan. Tatkala Raden Banterang berada di tengah hutan, tiba-tiba pandangan matanya dikejutkan oleh kedatangan seorang lelaki berpakaian compang-camping. “Tuanku, Raden Banterang. Keselamatan Tuan terancam bahaya yang direncanakan oleh istri tuan sendiri,” kata lelaki itu. “Tuan bisa melihat buktinya, dengan melihat sebuah ikat kepala yang diletakkan di bawah tempat peraduannya. Ikat kepala itu milik lelaki yang dimintai tolong untuk membunuh Tuan,” jelasnya. Setelah mengucapkan kata-kata itu, lelaki berpakaian compang-camping itu hilang secara misterius. Terkejutlah Raden Banterang mendengar laporan lelaki misterius itu. Ia pun segera pulang ke istana. Setelah tiba di istana, Raden Banterang langsung menuju ke peraduan istrinya. Dicarinya ikat kepala yang telah diceritakan oleh lelaki berpakaian compang-camping yang telah menemui di hutan. “Ha! Benar kata lelaki itu! Ikat kepala ini sebagai bukti! Kau merencanakan mau membunuhku dengan minta tolong kepada pemilik ikat kepala ini!” tuduh Raden Banterang kepada istrinya. “ Begitukah balasanmu padaku?” tandas Raden Banterang.”Jangan asal tuduh. Adinda sama sekali tidak bermaksud membunuh Kakanda, apalagi minta tolong kepada seorang lelaki!” jawab Surati. Namun Raden Banterang tetap pada pendiriannya, bahwa istrinya yang pernah ditolong itu akan membahayakan hidupnya. Nah, sebelum nyawanya terancam, Raden Banterang lebih dahulu ingin mencelakakan istrinya.
Raden Banterang berniat menenggelamkan istrinya di sebuah sungai. Setelah tiba di sungai, Raden Banterang menceritakan tentang pertemuan dengan seorang lelaki compang-camping ketika berburu di hutan. Sang istri pun menceritakan tentang pertemuan dengan seorang lelaki berpakaian compang-camping seperti yang dijelaskan suaminya. “Lelaki itu adalah kakak kandung Adinda. Dialah yang memberi sebuah ikat kepala kepada Adinda,” Surati menjelaskan kembali, agar Raden Banterang luluh hatinya. Namun, Raden Banterang tetap percaya bahwa istrinya akan mencelakakan dirinya. “Kakanda suamiku! Bukalah hati dan perasaan Kakanda! Adinda rela mati demi keselamatan Kakanda. Tetapi berilah kesempatan kepada Adinda untuk menceritakan perihal pertemuan Adinda dengan kakak kandung Adinda bernama Rupaksa,” ucap Surati mengingatkan.
“Kakak Adindalah yang akan membunuh kakanda! Adinda diminati bantuan, tetapi Adinda tolak!”. Mendengar hal tersebut , hati Raden Banterang tidak cair bahkan menganggap istrinya berbohong.. “Kakanda ! Jika air sungai ini menjadi bening dan harum baunya, berarti Adinda tidak bersalah! Tetapi, jika tetap keruh dan bau busuk, berarti Adinda bersalah!” seru Surati. Raden Banterang menganggap ucapan istrinya itu mengada-ada. Maka, Raden Banterang segera menghunus keris yang terselip di pinggangnya. Bersamaan itu pula, Surati melompat ke tengah sungai lalu menghilang.
Tidak berapa lama, terjadi sebuah keajaiban. Bau nan harum merebak di sekitar sungai. Melihat kejadian itu, Raden Banterang berseru dengan suara gemetar. “Istriku tidak berdosa! Air kali ini harum baunya!” Betapa menyesalnya Raden Banterang. Ia meratapi kematian istrinya, dan menyesali kebodohannya. Namun sudah terlambat.
Sejak itu, sungai menjadi harum baunya. Dalam bahasa Jawa disebut Banyuwangi. Banyu artinya air dan wangi artinya harum. Nama Banyuwangi kemudian menjadi nama kota Banyuwangi.
Sejarah Perjuangan
Merujuk data sejarah yang ada, sepanjang sejarah Blambangan kiranya tanggal 18 Desember 1771 merupakan peristiwa sejarah yang paling tua yang patut diangkat sebagai hari jadi Banyuwangi. Sebelum peristiwa puncak perang Puputan Bayu tersebut sebenarnya ada peristiwa lain yang mendahuluinya, yang juga heroik-patriotik, yaitu peristiwa penyerangan para pejuang Blambangan di bawah pimpinan Pangeran Puger ( putra Wong Agung Wilis ) ke benteng VOC di Banyualit pada tahun 1768.
Namun sayang peristiwa tersebut tidak tercatat secara lengkap pertanggalannya, dan selain itu terkesan bahwa dalam penyerangan tersebut kita kalah total, sedang pihak musuh hampir tidak menderita kerugian apapun. Pada peristiwa ini Pangeran Puger gugur, sedang Wong Agung Wilis, setelah Lateng dihancurkan, terluka, tertangkap dan kemudian dibuang ke Pulau Banda ( Lekkerkerker, 1923 ).
Berdasarkan data sejarah nama Banyuwangi tidak dapat terlepas dengan keajayaan Blambangan. Sejak jaman Pangeran Tawang Alun (1655-1691) dan Pangeran Danuningrat (1736-1763), bahkan juga sampai ketika Blambangan berada di bawah perlindungan Bali (1763-1767), VOC belum pernah tertarik untuk memasuki dan mengelola Blambangan ( Ibid.1923 :1045 ).
Pada tahun 1743 Jawa Bagian Timur ( termasuk Blambangan ) diserahkan oleh Pakubuwono II kepada VOC, VOC merasa Blambangan memang sudah menjadi miliknya. Namun untuk sementara masih dibiarkan sebagai barang simpanan, yang baru akan dikelola sewaktu-waktu, kalau sudah diperlukan. Bahkan ketika Danuningrat memina bantuan VOC untuk melepaskan diri dari Bali, VOC masih belum tertarik untuk melihat ke Blambangan (Ibid 1923:1046).
Namun barulah setelah Inggris menjalin hubungan dagang dengan Blambangan dan mendirikan kantor dagangnya (komplek Inggrisan sekarang) pada tahun 1766 di bandar kecil Banyuwangi ( yang pada waktu itu juga disebut Tirtaganda, Tirtaarum atau Toyaarum), maka VOC langsung bergerak untuk segera merebut Banyuwangi dan mengamankan seluruh Blambangan. Secara umum dalam peprangan yang terjadi pada tahun 1767-1772 ( 5 tahun ) itu, VOC memang berusaha untuk merebut seluruh Blambangan. Namun secara khusus sebenarnya VOC terdorong untuk segera merebut Banyuwangi, yang pada waktu itu sudah mulai berkembang menjadi pusat perdagangan di Blambangan, yang telah dikuasai Inggris.
Dengan demikian jelas, bahwa lahirnya sebuah tempat yag kemudian menjadi terkenal dengan nama Banyuwangi, telah menjadi kasus-beli terjadinya peperangan dahsyat, perang Puputan Bayu. Kalau sekiranya Inggris tidak bercokol di Banyuwangi pada tahun 1766, mungkin VOC tidak akan buru-buru melakukan ekspansinya ke Blambangan pada tahun 1767. Dan karena itu mungkin perang Puputan Bayu tidak akan terjadi ( puncaknya ) pada tanggal Desember 1771. Dengan demikian pasti terdapat hubungan yang erat perang Puputan Bayu dengan lahirnya sebuah tempat18 yang bernama Banyuwangi. Dengan perkataan lain, perang Puputan Bayu merupakan bagian dari proses lahirnya Banyuwangi. Karena itu, penetapan tanggal 18 Desember 1771 sebagai hari jadi Banyuwangi sesungguhnya sangat rasional.(SUMBER)
asallamualaikum wr.wb
Perkenalkan nama saya Rahmadhan Damai Swara,asal saya dari Banyuwangi city,hobi saya makan,minum,sepakbola.saya anak ke 2 dari 3 bersaudara.Saya lulusan dari SMA muhammadiyah 2 genteng banyuwangi.Saya sangat senang menjadi mahasiswa Universitas muhammadiyah Malang karena ceweknya cantik-cantik dan imut-imut
Perkenalkan nama saya Rahmadhan Damai Swara,asal saya dari Banyuwangi city,hobi saya makan,minum,sepakbola.saya anak ke 2 dari 3 bersaudara.Saya lulusan dari SMA muhammadiyah 2 genteng banyuwangi.Saya sangat senang menjadi mahasiswa Universitas muhammadiyah Malang karena ceweknya cantik-cantik dan imut-imut
Selasa, 07 Oktober 2014
Ibukota Kabupaten Banyuwangi berjarak 239 km sebelah timur Surabaya. Banyuwangi merupakan ujung paling timur jalur pantura serta titik paling timur jalur kereta api pulau Jawa yaitu Stasiun Banyuwangi Baru.[3]
Pelabuhan Ketapang terletak di kota Banyuwangi bagian utara, menghubungkan Jawa dan Bali dengan kapal ferry, LCM, roro dan tongkang.[butuh rujukan]
Dari Surabaya, Kabupaten Banyuwangi dapat dicapai dari dua jalur jalan darat, jalur utara dan jalur selatan. Jalur utara merupakan bagian dari jalur pantura yang membentang dari Anyer hingga pelabuhan Panarukan dan melewati kabupaten Situbondo. Sedangkan jalur selatan merupakan pecahan dari jalur pantura dari Kabupaten Probolinggo melewati Kabupaten Lumajang dan Kabupaten Jember di kedua jalur tersebut tersedia bus eksekutif (pattas) maupun ekonomi.
Terdapat pula moda transportasi darat lainnya, yaitu jalur kereta api Surabaya - Pasuruan - Probolinggo - Jember dan berakhir di Banyuwangi. Stasiun Banyuwangi Baru terletak di Kota Banyuwangi tidak jauh dari Pelabuhan Penyeberangan Ketapang. Stasiun Kereta Api yang cukup besar di Banyuwangi adalah Stasiun Banyuwangi Baru, Karang Asem (Kota Banyuwangi), Rogojampi, Kalistail (Kecamatan Sempu), dan Kalibaru. Selain itu ada juga stasiun yang lebih kecil seperti Singojuruh, Temuguruh, Glenmore dan Halte Krikilan.
Untuk transportasi wilayah perkotaan terdapat moda angkutan mikrolet, taksi Using Transport serta colt yang melayani transportasi antar kecamatan dan minibus yang melayani trayek Banyuwangi dengan kota-kota kabupaten di sekitarnya.
Bandar Udara Blimbingsari di kecamatan Rogojampi dalam pembangunannya sempat tersendat akibat kasus pembebasan lahan, dan memakan korban 2 bupati yang menjabat dalam masa pembangunannya yaitu Bupati Samsul Hadi dan Bupati Ratna Ani Lestari. Dan pada tanggal 28 Desember 2010, Bandar Udara Blimbingsari telah dibuka untuk penerbangan komersial Banyuwangi (DQJ) - Denpasar (DPS) - Banyuwangi (DQJ) dan Banyuwangi (DQJ) - Surabaya (SUB) - Banyuwangi (DQJ), per tanggal 24 Agustus 2011 Maskapai Merpati Airlines membuka penerbangan dari Banyuwangi dengan tujuan Surabaya, Semarang, dan Bandung.[butuh rujukan]
Selain itu terdapat Pelabuhan Tanjung Wangi di Ketapang, Kecamatan Kalipuro selain sebagai pelabuhan bongkar muat barang dan peti kemas, juga melayani pelayaran ke kepulauan di bagian timur Madura, seperti Kep. Sapeken, Kep. Kangean, dan Kep. Sapu
Pelabuhan Ketapang terletak di kota Banyuwangi bagian utara, menghubungkan Jawa dan Bali dengan kapal ferry, LCM, roro dan tongkang.[butuh rujukan]
Dari Surabaya, Kabupaten Banyuwangi dapat dicapai dari dua jalur jalan darat, jalur utara dan jalur selatan. Jalur utara merupakan bagian dari jalur pantura yang membentang dari Anyer hingga pelabuhan Panarukan dan melewati kabupaten Situbondo. Sedangkan jalur selatan merupakan pecahan dari jalur pantura dari Kabupaten Probolinggo melewati Kabupaten Lumajang dan Kabupaten Jember di kedua jalur tersebut tersedia bus eksekutif (pattas) maupun ekonomi.
Terdapat pula moda transportasi darat lainnya, yaitu jalur kereta api Surabaya - Pasuruan - Probolinggo - Jember dan berakhir di Banyuwangi. Stasiun Banyuwangi Baru terletak di Kota Banyuwangi tidak jauh dari Pelabuhan Penyeberangan Ketapang. Stasiun Kereta Api yang cukup besar di Banyuwangi adalah Stasiun Banyuwangi Baru, Karang Asem (Kota Banyuwangi), Rogojampi, Kalistail (Kecamatan Sempu), dan Kalibaru. Selain itu ada juga stasiun yang lebih kecil seperti Singojuruh, Temuguruh, Glenmore dan Halte Krikilan.
Untuk transportasi wilayah perkotaan terdapat moda angkutan mikrolet, taksi Using Transport serta colt yang melayani transportasi antar kecamatan dan minibus yang melayani trayek Banyuwangi dengan kota-kota kabupaten di sekitarnya.
Bandar Udara Blimbingsari di kecamatan Rogojampi dalam pembangunannya sempat tersendat akibat kasus pembebasan lahan, dan memakan korban 2 bupati yang menjabat dalam masa pembangunannya yaitu Bupati Samsul Hadi dan Bupati Ratna Ani Lestari. Dan pada tanggal 28 Desember 2010, Bandar Udara Blimbingsari telah dibuka untuk penerbangan komersial Banyuwangi (DQJ) - Denpasar (DPS) - Banyuwangi (DQJ) dan Banyuwangi (DQJ) - Surabaya (SUB) - Banyuwangi (DQJ), per tanggal 24 Agustus 2011 Maskapai Merpati Airlines membuka penerbangan dari Banyuwangi dengan tujuan Surabaya, Semarang, dan Bandung.[butuh rujukan]
Selain itu terdapat Pelabuhan Tanjung Wangi di Ketapang, Kecamatan Kalipuro selain sebagai pelabuhan bongkar muat barang dan peti kemas, juga melayani pelayaran ke kepulauan di bagian timur Madura, seperti Kep. Sapeken, Kep. Kangean, dan Kep. Sapu
Arsenal Football Club
Arsenal Football Club were formed as Dial Square in 1886 by workers at the Royal Arsenal in Woolwich, south-east London, and were renamed Royal Arsenal shortly afterwards.[7] The club was renamed again to Woolwich Arsenal after becoming a limited company in 1893.[8] The club became the first southern member of the Football League in 1893, starting out in the Second Division, and won promotion to the First Division
in 1904. The club's relative geographic isolation resulted in lower
attendances than those of other clubs, which led to the club becoming
mired in financial problems and effectively bankrupt by 1910, when they
were taken over by businessmen Henry Norris and William Hall.[9]
Norris sought to move the club elsewhere, and in 1913, soon after
relegation back to the Second Division, Arsenal moved to the new Arsenal Stadium in Highbury, North London; they dropped "Woolwich" from their name the following year.[10]
Arsenal only finished in fifth place in the second division during the
last pre-war competitive season of 1914–15, but were nevertheless
elected to rejoin the First Division when competitive football resumed
in 1919–20, at the expense of local rivals Tottenham Hotspur. Some books have reported that this election to division 1 was achieved by dubious means.[11]
Arsenal appointed Herbert Chapman as manager in 1925. Having already won the league twice with Huddersfield Town in 1923–24 and 1924–25 (see Seasons in English football), Chapman brought Arsenal their first period of major success. His revolutionary tactics and training, along with the signings of star players such as Alex James and Cliff Bastin, laid the foundations of the club's domination of English football in the 1930s.[12] Under his guidance Arsenal won their first major trophies – victory in the 1930 FA Cup Final preceded two League Championships, in 1930–31 and 1932–33. In addition, Chapman was behind the 1932 renaming of the local London Underground station from "Gillespie Road" to "Arsenal", making it the only Tube station to be named specifically after a football club.[13]
Chapman died suddenly of pneumonia in early 1934, leaving Joe Shaw and George Allison to carry on his successful work. Under their guidance, Arsenal won three more titles, in 1933–34, 1934–35 and 1937–38, and the 1936 FA Cup while also becoming known as the "Bank of England club." As key players retired, Arsenal had started to fade by the decade's end, and then the intervention of the Second World War meant competitive professional football in England was suspended.[14][15][16]
After the war, Arsenal enjoyed a second period of success under Allison's successor Tom Whittaker, winning the league in 1947–48 and 1952–53, and the FA Cup in 1950. Their fortunes waned thereafter; unable to attract players of the same calibre as they had in the 1930s, the club spent most of the 1950s and 1960s in trophyless mediocrity. Even former England captain Billy Wright could not bring the club any success as manager, in a stint between 1962 and 1966.[16][17][18]
Arsenal began winning silverware again with the surprise appointment of club physiotherapist Bertie Mee as manager in 1966. After losing two League Cup finals, they won their first European trophy, the 1969–70 Inter-Cities Fairs Cup. This was followed by an even greater triumph: their first League and FA Cup double in 1970–71.[19] This marked a premature high point of the decade; the Double-winning side was soon broken up and the following decade was characterised by a series of near misses, starting with Arsenal finishing as FA Cup runners up in 1972, and First Division runners-up in 1972–73.
Arsenal appointed Herbert Chapman as manager in 1925. Having already won the league twice with Huddersfield Town in 1923–24 and 1924–25 (see Seasons in English football), Chapman brought Arsenal their first period of major success. His revolutionary tactics and training, along with the signings of star players such as Alex James and Cliff Bastin, laid the foundations of the club's domination of English football in the 1930s.[12] Under his guidance Arsenal won their first major trophies – victory in the 1930 FA Cup Final preceded two League Championships, in 1930–31 and 1932–33. In addition, Chapman was behind the 1932 renaming of the local London Underground station from "Gillespie Road" to "Arsenal", making it the only Tube station to be named specifically after a football club.[13]
Chapman died suddenly of pneumonia in early 1934, leaving Joe Shaw and George Allison to carry on his successful work. Under their guidance, Arsenal won three more titles, in 1933–34, 1934–35 and 1937–38, and the 1936 FA Cup while also becoming known as the "Bank of England club." As key players retired, Arsenal had started to fade by the decade's end, and then the intervention of the Second World War meant competitive professional football in England was suspended.[14][15][16]
After the war, Arsenal enjoyed a second period of success under Allison's successor Tom Whittaker, winning the league in 1947–48 and 1952–53, and the FA Cup in 1950. Their fortunes waned thereafter; unable to attract players of the same calibre as they had in the 1930s, the club spent most of the 1950s and 1960s in trophyless mediocrity. Even former England captain Billy Wright could not bring the club any success as manager, in a stint between 1962 and 1966.[16][17][18]
Arsenal began winning silverware again with the surprise appointment of club physiotherapist Bertie Mee as manager in 1966. After losing two League Cup finals, they won their first European trophy, the 1969–70 Inter-Cities Fairs Cup. This was followed by an even greater triumph: their first League and FA Cup double in 1970–71.[19] This marked a premature high point of the decade; the Double-winning side was soon broken up and the following decade was characterised by a series of near misses, starting with Arsenal finishing as FA Cup runners up in 1972, and First Division runners-up in 1972–73.
Arsenal Football Club are a Premier League football club based in Holloway, London. One of the most successful clubs in English football, they have won 13 First Division and Premier League titles and a joint record 11 FA Cups.
Arsenal's success has been particularly consistent: the club has accumulated the second most points in English top-flight football,[2] holds the ongoing record for the longest uninterrupted period in the top flight, and would be placed first in an aggregated league of the entire 20th century.[3] Arsenal are the second side to complete an English top-flight season unbeaten (in the 2003–04 season), doing so under almost twice the matches of the previous team.
Arsenal were founded in 1886 in Woolwich and in 1893 became the first club from the south of England to join the Football League. In 1913, they moved north across the city to Arsenal Stadium in Highbury. In the 1930s, they won five League Championship titles and two FA Cups. After a lean period in the post-war years they won the League and FA Cup Double, in the 1970–71 season, and in the 1990s and first decade of the 21st century, won two more Doubles and reached the 2006 UEFA Champions League Final. Since neighbouring Tottenham Hotspur, the two clubs have had a fierce rivalry, the North London derby.
Arsenal has one of the highest incomes[4] and largest fanbases[5] in the world. Forbes's 2014 estimate put Arsenal as the fifth most valuable association football club in the world, valued at more than $1.3 billion
Arsenal's success has been particularly consistent: the club has accumulated the second most points in English top-flight football,[2] holds the ongoing record for the longest uninterrupted period in the top flight, and would be placed first in an aggregated league of the entire 20th century.[3] Arsenal are the second side to complete an English top-flight season unbeaten (in the 2003–04 season), doing so under almost twice the matches of the previous team.
Arsenal were founded in 1886 in Woolwich and in 1893 became the first club from the south of England to join the Football League. In 1913, they moved north across the city to Arsenal Stadium in Highbury. In the 1930s, they won five League Championship titles and two FA Cups. After a lean period in the post-war years they won the League and FA Cup Double, in the 1970–71 season, and in the 1990s and first decade of the 21st century, won two more Doubles and reached the 2006 UEFA Champions League Final. Since neighbouring Tottenham Hotspur, the two clubs have had a fierce rivalry, the North London derby.
Arsenal has one of the highest incomes[4] and largest fanbases[5] in the world. Forbes's 2014 estimate put Arsenal as the fifth most valuable association football club in the world, valued at more than $1.3 billion
Langganan:
Postingan (Atom)